FPI: AGENT OF CHANGE ABAD 21

Posted by LoadinG Tuesday, October 16, 2018
Views:
0 comments

FPI: AGENT OF CHANGE ABAD 21


Front Pembela Islam.

Kita boleh tak bersetuju, tapi FPI telah membuktikan diri. Mengubah peta politik umat Islam lebih dari apa yang seharusnya dilakukan parpol berbasis Islam . Bahkan ormas besar sekelas Muhammadiyah, dan NU, atau parpol berbasis Islam semisal PKB, PPP, PAN, PKS, PBB hanyalah Makmum.

Dengan tidak bermaksud berbesar kepala, FPI mewarisi ruh pergerakan Pan Islamisme yang digagas Syaikh Afghan paruh pertama abad 20. FPI telah menjelma menjadi kiblat politik umat Islam Indonesia, terbukti secara simbolik gambar Imam Besar Habib Rizieq Syihab lebih  besar dibanding ketua parpol atau capres sekalipun. Ijtima ulama 1 dan 2 telah menabalkan bahwa HRS adalah sang Imam itu.

FPI tak sehebat Muhammadiyah yang sukses membangun ribuan amal usaha apalagi dibanding NU yang punya ribuan pesantren dan massa jutaan yang tersebar di berbagai lapis.

FPI hanya punya semangat keberanian merubah status quo, disaat yang lain terlena dengan menyandang organisasi modern atau bangga dengan status pengemban aswaja. FPI bergeming dengan daya dobrak kemapanan. Ternyata untuk menjadi agent of chance tak butuh banyak profesor atau ulama atau universitas atau pesantren tapi keberanian berubah dan FPI melakukannya.

Saat pertama kali menggagas perubahan, Kyai Dahlan juga tak punya apa-apa. Hanya modal keberanian dan berpikir cerdas. Pikiran-pikiran Kyai Dahlan adalah antitesis terhadap tradisi dan kelaziman umat Islam saat itu, Kyai Dahlan mengambil jalan berbeda bahkan melawan arus. Pun dengan Hudratusy Syaikh Hasyim Asy'ary yang dengan gigih berhasil mengangkat kembali ghirah para ulama yang mulai luntur.

Muhammadiyah sudah mulai menua, tambun dan ribet dengan birokrasi yang diciptakan sendiri. Sedang NU tak mampu menjinakkan syahwat ego sektariannya. Kedua ormas yang pernah menjadi pembaharu itu sudah mulai lapuk dimakan usia. Stagnan dan tak lagi mampu menawar pikiran segar sebagaimana Kyai Dahlan atau Kyai Hasyim di awal pergerakan.

Muhammadiyah juga sibuk dengan amal usaha nya yang terus melambung tapi miskin pikiran baru. Sementara NU hanya berjalan di tempat sambil terus bangga dengan jumlah mayoritas. Pada kedua ormas ini tak ada lagi generasi pejuang, yang tumbuh dan tinggal adalah generasi penikmat. Maka jangan harap ada pikiran-pikiran kejuangan.

MUHAMADIYAH dan NU telah berjasa besar pada masanya sesuai ruang dan kondisi dimana tinggal. Rekonstruksi pembaharuan ala MUHAMADIYAH dan NU telah menginspirasi banyak kalangan pergerakan Islam saat itu. Sejarah berulang dan dipergilirkan. Dan ada saatnya perubahan harus diserahkan kepada yang lebih kompatibel.

FPI mengisi ruang kosong itu. Sebagaimana pendahulunya, Muhammadiyah dan NU, FPI juga telah dengan sangat lincah bergerak dengan pikiran-pikiran besar terbarukan terutama pada aspek politik, mobilisasi massa dan opini publik. Ruang yang luput dari perhatian.

Dengan tidak bermaksud menafikkan salah satunya tapi setiap pergerakan Islam selalu hadir dengan Imam-nya dan tak perlu cemburu jika Imam pergerakan Islam abad 21 ini di pergilirkan kepada Imam Besar Habib Rizieq Syihab. Semoga membawa banyak maslahat bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Semua fana yang abadi adalah perubahan ...
Wallahu taala a'lam ..

Oleh: Nurbani Yusuf

0 comments:

Post a Comment